
Musium Batiwakkal adalah musium yang didedikasikan untuk menyimpan koleksi- koleksi peninggalan Kerajaan Gunung Tabur. Musium terletak di tepi Sungai Segah, di Kota Tanjung Redeb, Kabupaten Berau. Musium ini dulunya adalah Istana Kerajaan Gunung Tabur. Memang bukan bangunan asli, karena saat Jaman Jepang, Istana telah hancur dibom oleh tentara Sekutu. Namun pembangunan ulangnya benarbenar mempertahankan arsitektur dan bahan-bahan seperti istana aslinya.
Koleksi-koleksi ini berasal dari dua putri Sultan terakhir Kerajaan Gunung Tabur. Mengingat bahwa kedua putri tersebut tidak menikah, maka beliau berdua menyerahkan semua koleksi benda-benda kerajaan kepada pemerintah. Sebagai imbalan, Pemerintah memberangkatkan mereka berdua untuk berhaji dan memberikan pensiun berupa biaya hidup. Sampai saat ini kedua putri tersebut tinggal di rumah megah yang dibangun persis disebelah Musium. Total koleksinya konon lebih dari 700 jenis.

Kerajaan Gunung Tabur
Kerajaan Gunung Tabur adalah merupakan pecahan dari Kerajaan Berau. Pada awal abad 19, dua anak Sultan Berau Sultan Muh. Zaenal Abidin, yakni Alimunddin Raja Alam dan Muh. Badaruddin bertikai memperebutkan tahta.
Kesempatan ini dipakai oleh Belanda untuk memecah Kerajaan Berau menjadi dua, yaitu Kerajaan Gunung Tabur yang dipimpin oleh Sultan Muh Badaruddin, dan Kerajaan Sambaliung yang dipimpin oleh Sultan Alimuddin Raja Alam. Wilayah kedua kerajaan ini dipisahkan oleh Sungai Segah. Sementara istana keduanya tepat saling berhadapan.

Campur tangan Belanda pada kerajaan Gunung Tabur ini sangat tinggi. Terbukti dari lambang kerajaannya sangat dipengaruhi oleh gaya Eropa. Entah mengapa Kerajaan Gunung Tabur memilih dua macan sebagai simbol kerajaan. Sedangkan di Kalimantan tidak ada harimau. Pastilah ini karena campur tangan Belanda.
Bukan hanya lambang kerajaan. Tetapi kostum Sultan, pedang yang disandang (lihat foto pada bagian foto-foto kuno) dan meriam-meriam (lihat foto-foto pada bagian meriam) menunjukkan betapa Belanda berpengaruh sangat besar kepada Kerajaan Gunung Tabur. Hal ini bisa dimengerti karena wilayah Berau banyak menghasilkan batubara yang dibutuhkan Belanda untuk menjalankan kapal-kapalnya.

Tahta dan Pusaka
Berikut adalah koleksi-koleksi yang berhubungan dengan tahta dan pusaka. Kursi Sultan dan Ibu permaisuri ini memang sudah tidak asli. Tahta yang asli ikut terbakar saat istana dibom oleh Belanda. Tetapi dibuat persis seperti aslinya.

Tahta terdiri dari dua kursi berukir dengan bantalan dari busa berlapis kain kuning. Di samping tahta ada bendera berwarna kuning dengan pedang berwarna merah.
Di depan tahta terdapat meja dengan alas meja berwarna hijau dan perangkat sajian dari kuningan.
Tepat diatas tahta, ada foto Sultan dengan Permaisuri mengenakan pakaian kebesaran kerajaan. Pedang pusaka ini adalah pedang buatan Belanda. Gagangnya terbuat dari gading, sarungnya terbuat dari kulit dengan ujung-ujung sarung terbuat dari emas.

Foto-foto Tua
Di Musium ini juga terdapat beberapa foto tua. Misalnya foto berikut ini dimana Sultan berfoto bersama istrinya yang berasal dari Keraton Surakarta. Konon disain pakaian Sultan dibuat oleh ahli tatabusana dari Italy yang didatangkan oleh Belanda.

Dalam foto berikut ini Sultan berpose bersama istrinya yang dari Keraton Surakarta (sebelah kanan) dan satu istri lainnya yang beretnis Arab.

Sedangkan foto di bawah ini menunjukkan betapa Belanda telah mampu mengumpulkan Sultan-Sultan di Kalimantan Timur.
Konon katanya, kostum yang dikenakan oleh para Sultan ini adalah karya ahli tatabusana dari Italy yang juga mendesain pakaian kebesaran Sultan Gunung Tabur.

Koleksi Meriam
Di Musium ini terdapat banyak sekali meriam. Dua meriam diletakkan di samping kanan dan kiri pintu masuk. Satu meriam pijitan diletakkan di dalam musium. Sementara meriam-meriam lain ditata di kanan kiri bangunan utama musium.
Beberapa dari meriam ini pecah, yang menunjukkan bahwa meriam ini dulunya adalah benar-benar dipakai untuk berperang, dan bukan sekedar untuk pajangan kerajaan



Koleksi Keramik dan alat-alat makan
Rupanya hubungan Kerajaan Berau dengan perdagangan internasional telah terjadi. Terbukti dari banyaknya koleksi keramik China dari Dinasti Song (abad 12-13) dan dari Dinasti Yuan (abad 13-14).

Selain dari keramik China, musium ini juga memiliki koleksi keramik dari Eropa dan Arab (?) dan beberapa alat makan dari Belanda dan Eropa lainnya.

Alat Pembantu Kelahiran
Salah satu koleksi yang tak mungkin anda temui di musium lain adalah alat untuk membantu melahirkan. Alat ini diletakkan di sebelah dipan yang disiapkan untuk ibu yang baru selesai melahirkan. Alat ini dibuat dari biji pohon Paung Janggi (sejenis pohon ulin).
Nah kalau ada perempuan yang sulit melahirkan, maka perempuan tersebut harus minum air yang dituang ke biji tersebut. Maka kelahiran bayi akan menjadi lancar.
Tapi apa alasannya sehingga biji ini dijadikan alat untuk membantu melahirkan?
Ternyata, sebabnya adalah bentuk dari biji ini persis seperti kelamin perempuan!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar